Beban Seorang Anak Pertama Cewek

Selamat malam.
Hari ini cukup banyak hal yang berhasil menguras emosi saya. Lagi-lagi saya harus dihadapkan oleh kenyataan bahwa depresi yang saya derita semakin menampakkan wujudnya. Setelah sekian lama menahan, akhirnya emosi saya meledak hari ini.
Banyak sekali faktor yang berhasil membuat saya demikian. Dua diantaranya adalah karena bapak saya akan pindah kerja ke luar kota hari ini dan karena saya merasa kehilangan satu orang penting dalam hidup saya.

Oke, saya ingin sedikit share tentang perjalanan hidup saya. Semata-mata saya hanya ingin berbagi cerita, siapa tahu ada orang yang memiliki masalah sama seperti saya.
Yang pertama, saya dilahirkan ke dunia sebagai anak pertama. Jenis kelamin saya perempuan. Tidak mudah untuk menjadi seorang kakak, meski saya hanya memiliki satu adik kandung.
Sejak kecil saya sudah di-didik oleh orang tua saya agar bisa jadi sosok kakak yang 'sempurna'. Lebih tepatnya, saya diajari untuk bisa jadi anak mandiri agar bisa mengayomi adik saya.
Sejauh ini saya tidak pernah protes dengan ajaran orang tua saya, meski terkadang agak keras. Saya paham betul orang tua saya melakukan hal itu demi kebaikan saya. Jadi, saya jalani saja semua ini. Mencoba untuk enjoy.
Hari demi hari berlalu, sampai pada akhirnya saat adik saya sudah menginjak umur remaja, saya bagi-bagi tugas dengan orang tua saya untuk mengurus adik saya. Selama saya melakoni hal itu, saya sadar betul bahwa ketika orang tua memiliki anak gadis remaja, maka kekhawatiran mereka akan meningkat. Begitulah, dulu saya pernah melayangkan protes (hanya ingin tahu alasannya), "Kenapa bapak sama ibu over protective ke saya?" pada saat itu saya berada di bangku SMA.
Tidak ada satupun yang menjawab. Namun, setelah diminta orang tua untuk ngurus adik, akhirnya saya sedikit paham dengan perasaan orang tua saya.
Sayangnya, bukan hanya itu saja.
Karena orang tua saya semakin bertambah umur, otomatis saya semakin mencoba untuk jadi sosok kuat dan tegar. Apapun itu, saya diharuskan untuk jadi kakak yang bisa diandalkan. Gara-gara mind-set saya itu, saya jadi lebih condong berpikiran layaknya seorang cowok. Banyak sahabat cewek saya yang berpendapat seperti itu.
Ya memang, terlahir sebagai anak pertama cewek itu gak mudah. Meski keadaan segenting apapun, saya diharuskan untuk tetap berdiri tegak.
Seperti hari ini, disaat suasana di rumah jadi haru karena bapak saya akan pindah ke luar kota, saya harus stay strong. Ibu dan adik saya terlihat sedih, tapi saya tidak bisa melakukan itu. Bagi saya, yah, sudahlah. Saya tidak mau menambahi beban bapak saya. Pastinya kalo lihat orang seisi rumah nangis, bapak makin berat dong buat ninggalin kami.
Itu hanya satu contoh kecil saja. Selain itu, saya juga mengorbankan cukup banyak hal demi menyelesaikan masalah ini. Salah satunya mengesampingkan ego saya.
Tahun ini, saya punya banyak rencana. Tapi, melihat posisi saya yang harus jagain ibu gantiin bapak, ya sudah. Mau gak mau harus stay rumah.
Itu sih. Krisis hidup saya. Meski tidak bisa dibilang masalah yang berat, tapi sebagai seorang cewek, saya kadang ingin bersikap layaknya cewek asli. Baper, manja, bisa nangis dengan mudah, sewaktu-waktu bisa memperlihatkan kelemahan saya. Tapi… ya sudah lah haha. Meski cukup berat, namun harus tetap dijalani dengan ikhlas. For my fams.

Salam,
Aichi

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[Trivia] Kemunculan Pertama Haibara Ai (+ Review)

[Re-watch] Kuroko no Basuke Episode 75.5 (OVA)